Surabaya (kabar-nusantara.com) – Sebanyak lima Jurnalis kembali menjadi korban kekerasan oleh oknum tak bertanggung jawab, saat mereka hendak meliput peristiwa didepan Diskotik Ibiza, di Jl. Simpang Dukuh Surabaya, pada Jumat (20/01/2022).
Ketika itu para jurnalus bersiap meliput rencana penyegelan Diskotik Ibiza yang akan dilakukan pihak Pemkot Surabaya. Kelima Jurnalis itu adalah Firman, Anggadia, Rofik, Ali dan Didik seorang fotografer dari LKBN Antara.
Menurut sumber Pemkot Surabaya, penyegelan tersebut dilakukan lantaran ada dugaan peredaran narkotika di dalam Diskotik tersebut, karena sebelumnya telah terjadi penangkapan tersangka berinisial SLH ditempat kostnya di wilayah Dukuh Kupang.
Menurut keterangan Kasat Narkoba Polrestabes Surabaya AKBP Daniel Marunduri, tersangka mengaku menjual barang haram tersebut di Diskotik Ibiza. Lalu pada pengembangan penyelidikan dua hari kemudian, Polisi juga mengamankan pelaku berinizial IK di salah satu Apartemen di Kota Surabaya.
Informasi yang beredar pihak Pemkot melalui Satpol PP, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP), mendatangi diskotik tersebut. Mereka berencana akan menyegel tempat Rekreasi Hiburan Malam (RHU) itu.
Menurut Rofik, ia bersama teman wartawan menunggu di warung depan gedung Diskotik, kemudian seorang pria tak dikenal datang meminta agar kelima wartawan itu menemui Wahyu. Namun karena merasa tak kenal, para wartawan itu menolak permintaan tersebut.
“Kami hanya berniat meliput, hanya mau doorstop. Dan menanyakan apa yang dilakukan di dalam,” kata Rofik.
Rofik menambahkan, beberapa saat kemudian, sekelompok orang datang memukulinya, jumlah mereka puluhan orang, tapi yang memukul dirinya sekitar empat orang.
“Mereka mukul area telinga, mencakar area leher, pipi, lengan, sikut hingga menendang, mereka juga sempat memukul saya dengan kursi,” jelas Rofik.
Bahkan beberapa orang itu sempat melayangkan bogem kepada Didik. Sedang Angga dan dua rekannya yang tadi di loby gedung langsung datang berniat melerai. Lagi-lagi, Angga juga mendapat intimidasi.
Mereka lalu pergi, tetapi motor Angga dan Rofik ditahan oleh kelompok tersebut. Mereka pun, langsung mendatangi Polrestabes Surabaya, melaporkan kejadian tersebut.
“Kami diminta Polisi untuk visum. Kami langsung berangkat ke Rumah Sakit Bhayangkara,” beber Rofik.
Sementara Itu Kepala Satuan Reskrim Polrestabes Surabaya AKBP Mirzal Maulana saat dikonfirmasi wartawan membenarkan kabar pelaporan tersebut. Mereka (lima wartawan) telah didampingi oleh Resmob.
“Nah ini kan tadi mereka menginformasikan, sedang laporan di Polrestabes saya minta didampingi Resmob,” ucapnya kepada wartawan saat dikonfirmasi paska 5 wartawan berada di SPKT.
Menanggapi peristiwa itu, Ketua Umum Komunitas Jurnalis Jawa Timur (KJJT) Ade S Maulana menyampaikan, jika dirinya sudah berkomunikasi kelima rekan wartawan yang menjadi korban keganasan sekelompok orang itu.
“Kami mempertanyakan satu persatu kondisi rekan-rekan jurnalis usai mendapat kekerasan oleh sekelompok yang diduga pihak Ibiza. Kelimanya saya hubungi lewat telpon seluler,” katanya.
Atas kejadian itu, Ade mengajak rekan-rekan jurnalis untuk kompak dan bersatu. Ade juga menghimbau agar lebih berhati-hati saat melakukan peliputan.
“Karena keselamatan jurnalis dilapangan tidak ada yang menjamin, meski dalam undang-undang tertulis pekerja pers dilindungi oleh undang-undang. Maka, satu sama lain rekan seprofesi saling menjalin komunikasi yang baik,” tegas Ade.
Oleh karena itu Ade meminta kepada pihak Kapolda Jatim dan Kapolrestabes Surabaya untuk memberantas segala aksi kekerasan atau premanisme di Jawa timur, khususnya pelanggaran pasal pidana nomor 90 Tahun 1999 Tentang Pers.
“Meski keselamatan kami dilapangan tidak ada yang menjamin saat melakukan peliputan. Setidaknya beri rasa nyaman dan aman untuk kami yang menyandang sebagai profesi jurnalis,” pinta Ade. (Redho)
Sumber: Humas KJJT