Kabar-nusantara.com, [Sukabumi] Perkebunan Teh Jayanegara yang kini menjadi objek wisata, banyak diburu oleh para Raider club-club motor selain hunting dan sanmori, lokasi ini pun banyak di kunjungi club speda, begitu indah menjadi sebuah pemandangan yang indah di pandang mata, jalan setapak dengan kondisi tanah merah berada di lereng bukit, Kebun teh Jayanegara membuat para goeser bahagia karena tidak dijumpai di kampung halamannya.
Banyaknya para pejalan kaki membuat para goeser semakin semangat untuk menuju curug sentral yang menjadi tujuan destinasinya. Club Goeser ini berasal dari Palabuhanratu. minggu, [4/10/20]
Basis seorang pesepeda asal pelabuhan ratu dengan santun mengatakan “kegiatan bersepeda pada hari ini kami dari Pelabuhan Ratu sengaja untuk berkunjung ke Curug Sentral Jayanegara di hari libur. Awal perjalanan goes kami di mulai dari Kampung Bawah, kebetulan isteri kami berasal dari cisarua, yakni daerah perbatasan Kecamatan Kalapanunggal dan Kecamatan Bojonggenteng Kabupaten Sukabumi” papar Basis.
Lebih lanjut Basis, mencreritakan “awal perjalanan bersepeda ini dari rumah orangtuanya yang beralamatkan di Kampung Cisarua perbatasan Bojonggenteng dan Klapanunggal, ini adalah kunjungan pertama kali bagi club sepeda yg di ajaknya” kata Basis. Tampak dalam perjalanannya menuju Curug Sentral ia ditemani dengan beberapa anggota lainnya. Terlihat sangat antusias dan semangat dalam perjalanannya. Apalagi dia ditemani oleh Sang istri tercinta.
Diantara pengunjung wisata ini datang dari berbagai wilayah, dan bukan hanya club speda, ada juga club-club motor yang dijumpai di lokasi wisata Kebun Teh Jayanegara ini. Seperti misalnya Riki seorang pengendara motor asal Cisaat sukabumi. Dia menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah kegiatan yang kedua kalinya. ia sengaja datang bersama teman-temannya sekira 20 pengendara motor, mereka tergabung dalam kunjungan yang kedua kalinya ketempat ini. sejak tiga minggu yang lalu” imbuh Ricky.
Mereka merasa sangat senang mengisi hari-harinya bisa berkunjung ditempat ini. Selain pemandangannya yang begitu mempesona, banyak tempat yang bisa di kunjungi disini, jadi ngga bosan” paparnya
“Meskipun tidak ada sarana rekreasi semewah seperti di tempat lain,” Lanjut Riki, namun disini kita dapat menikmati indahnya pemandangan alam Kebun teh dan Curug sentral dan di bawah ada juga seperti yang di Cikidang. Monumen Kapal Terbang inilah yang membuat Riki tertarik untuk berkunjung kesini.” pungkas Riki
Sementara itu masih dilokasi yang sama, ceu Mimin, seorang penjual kopi menyampaikan kegembiraannya saat berbincang-bincang dengan awak media, Ceu Mimin yang tak punya pendamping hidupini, merasa bersyukur dengan adanya kegiatan wisata di Perkebunan teh ini, walaupun hanya sekali dalam seminggu. Tetapi mampu memberikan dampak positif bagi ekonomi masyarakat di sini. Terutama bagi dirinya yang khusus di hari-hari libur seperti Sabtu dan Minggu.
Mimin dapat mengais rejeki dengan menjajakan dagangan nya walau hanya sekedar minuman dan kopi renceng. Dengan bekal air dan termos seadanya.
“Tasyakur Bini’mah” kata Ceu Mimin. Segini juga sudah alhamdulilah ga ada yang ngusahain atuh, dah lumayan aja kalau lagi rame mah suka dapat 300.000 an sehari, pas lagi sepi mah dapet aja seratus sampai 200 ribuan. Alhamdulilah pokoknya,” Pungkas Ceu Mimin dalam perbincangannya.
Hal serupa di sampaikan seorang pemuda yang enggan di sebutkan namanya, dia pengelola retribusi jalur wisata Kebun teh Jayanegara. Kegiatan ini dilakukan hanya pada hari Sabtu dan Minggu saja, inipun dilakukan khusus bagi yang ingin berkunjung sebagai wisatawan saja. Adapun retribusi yang di tawarkan dengan tarif sebesar Rp 5000 untuk pengendara motor dan 10.000 bagi pengendar mobil.
Dilain tempat, Nanang yang Akrab di sapa Eki menyampaikan, dia adalah penggagas dan pembuka jalur wisata curug sentral pada masa kepemimpinan Drs. Bhakti Satriwan, anak dari Almarhumah Adja Wiarsih, pemilik dan pemegang saham perkebunan ini. Namun sempat terhenti gerakan saya saat itu karena tak ada dukungan dari pihak Perkebunan. Tapi hari ini saya merasa bangga karena gagasan itu dapat dikelola kembali oleh rekan-rekan sejawat saya di kampung ini. Harapan Eki “semoga saja kedepan ada sinergitas antara pemerintah, pemilik kebun dan juga masyarakat sekitar yang dilibatkan sebagai pengelola wisata ini, agar kedepan lokasi ini menjadi sebuah destinasi wisata yang mampu mendatangkan income bagi semua pihak.” pungkas eki. [Dedi cobra]