Jakarta (kabar-nusantara.com) – Lama tidak terdengar, nama Prof. Dr. dr.
Terawan Agus Putranto, SpRad (K), kembali mencuat ke publik. Dokter yang juga
mantan Menteri Kesehatan (Menkes) itu dikonfirmasi telah diberhentikan dari
keanggotaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Dilansir dari laman kompas.com, Minggu (27/3/22)
Keputusan pemberhentian Terawan
didasarkan pada rekomendasi Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) IDI yang
dibacakan dalam Muktamar ke-31 IDI di Banda Aceh, Jumat (25/3/2022).Meski keputusan pemberhentian dokter Terawan baru
disampaikan di Muktamar IDI di Aceh, Ketua IDI Aceh Safrizal Rahman mengatakan,
pemberhentian Terawan sejatinya sudah direkomendasikan tiga tahun lalu saat Muktamar
IDI di Samarinda.
“Rekomendasi pemberhentian dokter Terawan itu bukan
produk baru saat muktamar di Aceh, tapi sudah sama itu dibahas pada saat
muktamar lalu,” kata Safrizal saat dikonfirmasi Kompas.com melalui
telepon, Sabtu (26/03/2022).
Ia menambahkan, meski telah direkomendasikan, pengurus PB
IDI saat itu tidak mengeksekusi putusan tersebut. “Rekomendasi itu belum
dilaksanakan oleh pengurus IDI sebelumnya sehingga kemarin dievaluasi kembali
agar pengurus untuk menjalankan hasil putusan tersebut,” ujar dia.
“Evaluasi rekomendasi
muktamar sebelumnya belum dikerjakan, sehingga dievaluasi untuk kepengurusan
yang baru,” sambung Safrizal.
Namun Safrizal enggan menjelaskan lebih jauh terkait
pertimbangan MKEK merekomendasikan pemberhentian Terawan dari anggota IDI
secara permanen. “Kalau mau kejelasannya terkait itu, silakan konfirmasi ke
Ketua Umum PB IDI,” jelas Safrizal.
Profil dokter Terawan- Terawan merupakan Menteri Kesehatan yang menjabat sejak 23
Oktober 2019 hingga di-reshuffle pada 23 Desember 2020. Posisinya digantikan
oleh Menteri Kesehatan saat ini, Budi Gunadi Sadikin.
Sebelum menjabat Menteri Kesehatan, dokter kelahiran
Yogyakarta, 5 Agustus 1964 itu menamatkan pendidikan kedokterannya di
Universitas Gajah Mada (UGM) tahun 1990. Selanjutnya, ia bergabung dengan TNI
AD dan ditugaskan ke beberapa wilayah Tanah Air seperti Lombok, Bali, dan
Jakarta untuk mengemban tugas sebagai pelaksana kesehatan militer.
Pada tahun 2009, Terawan masuk dalam tim dokter kepresidenan
di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Terawan juga melanjutkan pendidikan
spesialis di Departemen Spesialis Radiologi Universitas Airlangga tahun 2004
dan mengambil program doktor di Universitas Hasanuddin pada 2016.
Kepala RSPAD dan terapi “cuci otak” Tahun 2015, Terawan
menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot
Soebroto. Nama Terawan mulai populer seiring dengan metode terapi “cuci otak”
yang diperkenalkannya. Dilansir dari Harian Kompas (4/4/2018), terapi cuci otak
adalah terapi melalui Digital Subtraction Angiogram (DSA) yang diperuntukkan
pasien stroke.
Terapi “cuci otak” Terawan ini sempat menuai pro dan kontra.
Oleh Terawan, terapi cuci otak diklaim memberikan hasil positif bagi pasien
stroke. Bahkan pengakuan kerabat pasien terapi cuci otak, terapi ini tidak
hanya mengobati tetapi juga mencegah stroke. Sayangnya, gagasan pengobatan
stroke ini membuatnya diberhentikan sementara dari MKEK IDI,
Terhitung 12 bulan sejak 26 Februari 2018 hingga 25 Februari
2019. Ketua MKEK IDI Prijo Pratomo mengatakan, Terawan telah melanggar kode
etik, yakni Pasal 4 yang mengatur dokter wajib menghindarkan diri dari
perbuatan yang bersifat memuji diri. Serta Pasal 6 yang mengatur bahwa,
“Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam
mengumumkan atau menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang
belum diuji kebenarannya dan terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan
masyarakat.”.
“Kami tidak mempersoalkan DSA, tapi sumpah dokter dan kode
etik yang dilanggar,” ujar Prijo saat dihubungi Kompas.com pada Rabu
(4/4/2018).
Jabat Menkes dan gagas vaksin Nusantara Meski pernah
diberhentikan sementara oleh MKEK IDI, Presiden Jokowi tetap menunjuk Terawan
sebagai Menteri Kesehatan. Penunjukannya sebagai Menkes membuat Terawan menjadi
dokter militer pertama yang diangkat sebagai Menkes sejak Mayor Jenderal TNI
(Purn.) dr. Suwardjono Surjaningrat di tahun 1978-1988.
Terawan mendapat ujian berat kala Indonesia dilanda pandemi
Covid-19 pada Maret 2020, beberapa bulan setelah dirinya menjabat Menkes. Salah
satu upaya Terawan untuk menanggulangi pandemi Covid-19 adalah menggagas
pembuatan vaksin Covid-19 yang diberi nama vaksin Nusantara.
Vaksin Nusantara adalah vaksin berbasis sel dendritik
autolog atau komponen sel darah putih yang disebut menjadi yang pertama kali di
dunia untuk Covid-19. Menurut klaim Terawan, vaksin jenis ini akan aman
disuntikkan kepada orang-orang dengan penyakit penyerta atau komorbid.
Vaksin karyanya itu bahkan sudah digunakan oleh tokoh dan
pejabat Indonesia seperti Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, yang kala itu menjabat
Panglima TNI, eks Menteri BUMN Dahlan Iskan, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko,
hingga Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. (Penulis : Maulana Ramadhan; Editor : Maulana Ramadhan)
(Sumber:Kompas.com/Diva Lufiana
Putri | Editor: Inten Esti Pratiwi)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul
“Profil Dokter Terawan, Mantan Menkes yang Kini Diberhentikan dari
Keanggotaan IDI”, Klik untuk baca:
https://www.kompas.com/wiken/read/2022/03/27/064500281/profil-dokter-terawan-mantan-menkes-yang-kini-diberhentikan-dari.
Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah
dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA;
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L