banner 728x250

Mahasiswa Yahukimo Jangan Terima Sengsara Zaman Akhir Tapi Harus Berani Sengsara Sekarang

banner 120x600
banner 468x60

Wamena (kabar-nusantara.com) – Ketua Korwil Mahasiswa kota  Jayawijaya Piniet Bahabol menyatakan,  Dunia agama mencatat manusia akan menerima sengsara di zaman akhir, maka dibalik kata itu Mahasiswa Yahukimo akan  menjadi kritis terhadap berbagai peristiwa. 

banner 325x300

“Mahasiswa Yahukimo harus berani menanggung sengsara yang lebih menyakitkan  pada masa sekarang dari pada sengsara dimasa yang akan datang,” katanya.

Lebih jauh dia menyampaikan, apakah  Mahasiswa hanya melakukan hal-hal yang tidak patut terhadap situasi sekarang, padahal ada oknum-oknum yang melampaui batas-batas kewajaran.

“Selalaku Mahasiswa Yahukimo jangan ada yang menjadi korban. Ini bukan hal biasa namun sangat meyakitkan, yakni bahwa ada kata yang dirilis, kita telah  menjadi budak,” jelasnya.

Peristiwa di Wamena pada Sabtu 8 Oktober 2022, telah terjadi secara terstruktur di Kabupaten Yahukimo.

“Kami  Mahasiswa ada untuk Yahukimo, untuk beberapa suku  yang ada dari  Yahukimo disatukan oleh organisasi Korwil Pelajar, Mahasiswa Yahukimo (KPMY) VII (tuju suku besar) XII (dua belas keleng suku), dengan bahasa yang berbeda yaitu ada 7 bahasa,” tambahnya.

Dia menambahkan bahwa warga Yahukimo memiliki  kearifan budaya lokal, ada 12 budaya di Yahukimo, itu yang saat ini sedang diatur oleh Pemerintahan Kabupaten Yahukimo  menjadi pondasi utama bagi Mahasiwa dan Mahasiswi  dari 51 Distrik,  dengan 517 Kampung di berbagai pedalaman. 

“Kita memiliki SDM yang harus diisi oleh Mahasiswa sebagai punggung  Pemerintahan  yang berkualitas, dan ter organisir  dimana-mana. Organisasi Mahasiswa di seluruh Indonesia bakan di luar negeri organisasi mahasiswa Yahukimo ada. Dan jumlah kita menjadi ribuan Mahasiswa, namun kurang diperhatikan  oleh Pemerintah Yahukimo. Sehingga  terlihat lemah dan terlantar seperti anak ayam kehilangan induknya,” tandasnya. 

Bahwa pondasi utama sangat kuat  karena telah memiliki 3 wilayah 9 organisasi Gereja, yakni GKI, GIDI, GINGMI, GPDI, ADPEN, KJRP, KATOLIk, BAPTIS, GKII didalamnya memiliki ratusan Mahasiswa Yahukimo, dan itu  sudah terbentuk sejak 20 tahun lalu  sampai saat ini, namun kurang memperhatikan SDM.

Banyak  mahasiawa menggalami  kendala karena kurang perhatian dari  Pemerintah Daerah. Selama  ini  apa arti  damai  berasal dari kehidupan manusia-manusia  damaikan oleh Pemerintah Yahukimo.

“Saya sebagai Mahasiswa menilai terlalu melenceng dengan moto mereka,  Yahukimo  Damai Sejatera, itu tak ada gunanya,” jelas Piniet.

Pemerintah Pusat telah menetapkan   UU  OTONOMI KHUSUS tahun 2020 sekarang ini sudah Otsus jilid II  tapi bagi orang Papua lebih khusus lagi bagi warga Kab/Kota, Pniet Bahabol mengklaim UU Otsus di Kabupaten  Yahukimo  bukan untuk Pelajar atau  Mahasiswa tetapi sekedar permainan yang sedang dipermainkan oleh elit-elit politik.

Dan sebetulnya justru merugikan Mahasiswa Yahukimo, maka Pemerintah Pusat harus klarifikasi terhadap  anggaran negara yang telah dialokasikan untuk SDM di  Yahukimo.  Bahkan anggaran Pemerintah Daerah bagi SDM di Yahukimo sangat kecil, khususnya untuk dana beasiswa. 

“Saran kami atas nama Mahasiswa Yahukimo Pemerintah baik Dinas Pendidikan, Sekda, Kesra, Bupati – Wakil Bupati Kabupaten Yahukimo  mempertimbangkan  menyangkut dana beasiswa untuk Mahasiawa Yahukimo,  sebelum memutuskan,” tandasnya. 

“Apa bila Pemerintah Kabupaten  berjalan dengan semaunya sendiri  pemerintah, kami selaku Kordinator Mahasiswa dan Mahasiswi  dari 23 Kota, dalam study akan membuat sejarah. Karena Pemerintah kami nilai tidak  menghormati organisasi mahasiswa,” tandasnya.

Karena semua yang  mengetahui keluhan teman-teman Mahasiswa adalah Korwil di masing-masing  Kota studi se- Indonesia menyangkut dana beasiswa,” tutup Piniet Bahabol. 

(Timr)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *