Dalam sejarah kehidupan aku selalu mengenang suatu masa yang paling romantis adalah masa awal menjadi anggota baru di Angkatan Muda Mahasiswa Pelajar Asal Ile Ape (AMMAPAI) yang biasanya dikenal dengan MPAB, seingat saya tahun 2008 waktu itu aku pertama kali mengikuti proses pengkaderan.
Awal memang menegangkan karena senior selalu berteriak kami telah menetapkan pasal-pasal. Pasal 1 senior tidak bersalah dan pasal 2 jika senior bersalah kembali ke pasal 1 dan ketentuan ini membuat segala hal yang dilakukan senior selalu saja benar di mata siapapun, rasa-rasanya waktu itu ingin menggugat pasal tersebut ke Mahkamah konstitusi.
Namun yang membuat aku mulai mengerti bahwa AMMAPAI adalah ibarat sebuah kapal yang Nahkoda dan Mualimnya adalah para senior, merekalah yang membuat kita menjadi tahu tentang wadah perhimpunan atau organisasi apalagi saat membaca sebuah slogan ‘tobo tala ataekana pai pupul taan tou balik gelekat lewotanah’ terima kasih Senior.
Karena kalian aku mulai mengerti bahwa wadah ini ternyata memiliki rahim kekeluargaan dan persaudaraan begitu besar.
Jika engkau ingin melihat Ammapai maka dirinya terlihat saat masa terakhir engkau berproses, ibarat melihat keutuhan bulan maka jangan melihat saat bulan sabit tapi pandanglah saat purnama karena disitulah engkau akan tahu tentang rembulan begitupun Ammapai.
Publik speking, manajemen konflik, lobi dan negosiasi, tata krama, kekeluargaan dan persaudaraan, itulah cintaku pertama di Ammapai, karena disanalah aku mengetahui tentang hakikatnya.
Kini usiamu sudah 39 tahun dan kisahmu kini jadi cerita indah dimana-mana, harum semerbak indah mewangi terpatri di sanubariku, aku akan selalu mengenangmu AMMAPAIKU.
Doaku “tetaplah menjadi wadah pembinaan dan pengkaderan yang terbaik,” 🙏🏽🙏🏽 amin. (JR)
