banner 728x250

Pastoral Khusus Kevikepan Reo Gelar Sosialisasi Pengembangan Destinasi Wisata Religi

banner 120x600
banner 468x60

Manggarai ( Kabar-nusantara.com) – Koordinator Pastoral Khusus Kevikepan Reo menggelar sosialisasi terkait pengembangan destinasi wisata religi Jengkalang dan Gua Maria Torong Besi.  Kegiatan ini terselenggara atas kerja sama  Pusat Pastoral Keuskupan Ruteng (PUSPAS), Kevikepan Reo, Komisi Pariwisata dan Budaya, serta Komisi JPIC Keuskupan Ruteng di Aula Stasi Wangkung Paroki Reo, Kamis (06/05/2021). 

Kegiatan dimulai pada pukul 09.30 diawali dengan upacara penyambutan nara sumber sesuai tata cara adat Manggarai yang dipandu oleh tokoh adat stasi Wangkung, kemudian acara dibuka secara resmi oleh Vikep Reo Pastor Herman Ando Pr.  Hadir dalam kegiatan ini  yakni, Ketua KBG, Ketua Stasi, Dewan Pastoral Paroki Reo, Pastor Paroki Reo, Camat Reok, Para Lurah se-Kota Reo, anggota Koramil Reo, anggota DPRD dapil Reo, Kepala Puskesmas Reo, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, dan pemilik lahan sekitar destinasi wisata religi.

banner 325x300

Pastor Marsel Hasan, Pr selaku koordinator pastoral khusus konteks kevikepan Reo dalam sambutanya menjelaskan alasan mendasar ditetapkanya  kapela Jengkalang dan Gua Maria Torang Besi  sebagai destinasi wisata religi yang perlu dikembangkan secara berkelanjutan karena tempat ini memiliki nilai hostoris dan spiritual. 

“Alasan ditetapkanya situs rohani ini menjadi destinasi wisata religi karena bersifat historis dan spiritual. Di tempat inilah pembaptisan orang Manggarai pertama menjadi katolik, pada tanggal 17 Mei 1912. Dengan itu pengelolaan situs rohani ini harus bersifat holistik, kontekstual, dan integral”ungkap Pastor Marsel.

Lebih lanjut Pastor Marsel mengatakan pentingnya membangun koordinasi, sosialisasi, dan diskusi dengan semua pihak terkait prinsip-prinsip dasar dalam pengembangan wisata religi. Itulah yang menjadi tujuan pelaksanaan kegiatan sosialisasi ini.

“Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka mensosialisasikan tentang rencana pengembangan Jengkalang dan Gua Maria Torong Besi  sebagai situs rohani yang menjadi destinasi wisata religi. Untuk itu perlu membangun koordinasi, kerjasama, dan kesepahaman di antara semua unsur internal, pelayan pastoral, dan ektrenal komunitas Gereja antara lain, pemerintah, komunitas adat, dan warga sekitar,” ungkap Pastor Marsel.

Sementara itu, Vikep Reo Pastor Herman Ando,Pr dalam sambutanya menekankan pengembangan pariwisata harus memperhatikan asas manfaat dari berbagai aspek kehidupan. Dia juga mengajak semua pihak untuk membangun komitemen bersama dalam mengembangkan potensi wisata yang ada  dengan menggali nilai-nilai budaya lokal dan religius. 

“Melalui diskusi ini kita akan melihat asas manfaat wisata dari berbagai aspek kehidupan seperti, aspek ekonomi, lingkungan hidup, budaya, religi atau iman. Kita membangun komitmen bersama dalam membawa wilayah kita dengan segala kekayaan dimilikinya sebagai karunia illahi yang mesti dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kebaikan bersama,” ujar Pastor Herman Ando.

Pastor Inosensius Sutam, Pr selaku ketua Komisi Pariwisata dan Budaya Keuskupan Ruteng dalam paparan matreinya menegaskan fokus perhatian Keuskupan Ruteng dalam pengembangan pariwsiata berkelanjutan sesuai peraturan menteri pariwisata no 14 tahun 2016 dan arah kebijakan sinode III Keuskupan Ruteng.

Pokok pikiran utama dalam pengembangan pariwisata ini mengacu pada sinode III, ensiklik Laudato-si, pikiran Bapa Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat, dan peraturan pemerintah, serta situasi sosial maupun pastoral yang terus berubah dan berkembang. “Pariwisata yang berkelanjutan ini adalah eko-pariwisat kontekstual dan intergral yang berbasiskan martabat manusia, budaya, religi, dan masyarakat lokal,” jelas Pastor Ino.

Dia berharap adanya dukungan pentahelix dalam mensukseskan pengembangan wisata religi Jengkalang dan Gua Maria Torong Besi yakni, akademisi, pengusaha,komunitas, pemerintah, dan publikasi media.

“Kita berharap dukungan pentahelix dalam pengembangan wisata religi Jengkalang dan Gua Maria Torong Besi, mulai dari pemerintah tingkat RT, pemerintah desa dan kelurahan, pemerintah kecamatan, pemerintah kabupaten, komunitas masyarakat adat, pengusaha, dan peran media,” Ujar Pastor Ino Sutam pada bagian akhir sesi diskusi.

(Gris Ambot)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *