banner 728x250

Pembunuhan Ibu dan Anak di Semarang, Kenapa Cemburu Bisa Picu Kekerasan di Luar Nalar?

banner 120x600
banner 468x60

Ilustrasi (SHUTTERSTOCK)

banner 325x300

Semarang (kabar-nusantara.com)  – Kasus pembunuhan sadis yang menimpa seorang
ibu dan anak di Semarang menjadi sorotan. Terduga pelaku, berinisial DC (35),
warga Rembang, Jawa Tengah, mengaku cemburu dan akhirnya nekat membunuh SK (32)
dan anaknya yang masih berusia 5 tahun, MF. Dari penyelidikan sementara, polisi
menduga motif DC membunuh adalah cemburu terhadap korban SK. Dilansir dari
laman kompas.com, Minggu (20/3/22)

 

DC tak bisa mengendalikan emosi dan akhirnya berbuat nekat
dan sadis kepada kedua korban. “Karena korban ketika ketemu di Semarang
melambaikan tangan dengan seseorang. Tersangka menanyakan siapa itu. Motifnya
cemburu,” ungkap Direktur Reskrimum Polda Jateng Kombes Djuhandhani
Rahardjo Puro, saat gelar perkara di Mapolda Jawa Tengah, Jumat (18/3/2022). DC
pun ditangkap di depan Mapolda Jateng yang berpura-pura hendak melaporkan telah
kehilangan SK dan MF.

 

Sementara itu, Pratu R tembak rekan dan anggota Brimob – Beberapa
hari sebelumnya, masyarakat di Desa Liang, Kecamatan Waipia, Maluku Tengah,
digemparkan dengan aksi nekat Pratu R yang menembak rekannya dan seorang
anggota Brimob. Pratu R, oknum Satgas TNI BKO Batalyon Arhanud 11/Wira Bhuana
Yudha.

 

Dia juga sempat menembaki komandannya sendiri, Letda Arh
Firlanang. Dalam insiden itu, Bharaka FA yang kebetulan melintas dengan sepeda
motor di depan lokasi kejadian, tewas. Setelah itu, Pratu R kabur dan
bersembunyi di rumah warga. Pratu R akhirnya berhasil diamankan dan segera
diproses secara hukum.

 

“Pelaku saat ini berada di Sub Denpom Masohi dalam proses
penyelidikan dan pemeriksaan kesehatan kejiwaannya karena diduga pelaku
mengalami depresi akut sehingga melakukan tindakan yang mestinya tidak
dilakukan,” kata Kepala Penerangan Kodam XVI Pattimura, Kolonel Arh Adi Prayogi
Choiraul Fajar, Rabu (16/3/2022).

 

Emosi memicu kekerasan Menurut Syarkoni, M. Psi., Psikolog
Klinis RSUD. Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan dan sekaligus pengurus
Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) wilayah Sumatera Selatan, banyak faktor
yang berpotensi memicu emosi seseorang menjadi labil, salah satunya stres.
Kondisi stres, katanya, adalah reaksi tubuh terhadap stresor psikososial
(tekanan mental atau beban kehidupan.

 

“Pada tahap stres berat, perilaku seseorang akan
merespon secara agresi, baik secara verbal ataupun tindakan. Bahkan sampai
menyerang, merusak, melukai atau membunuh seseorang, lingkungan, objek atau
situasi yang menyebabkan seseorang mengalami tekanan mental tersebut,”
katanya kepada Kompas.com.

 

Hal itu menjadi semakin tak terkendali apabila subyek itu
tidak memiliki kemampuan untuk mengatasi dan menerima masalah itu, dan
beradaptasi dalam mencari solusi permasalahan yang dialaminya. Sementara itu,
lanjut Syarkoni, apabila masyarakat bertemu dengan seseorang dalam kondisi itu,
sebaiknya tetap menjaga jarak aman.

 

Dan bila perlu berusaha melakukan komunikasi dengan harmonis
untuk menenangkan. “Dengan berkomunikasi yang harmonis bisa menangkan
emosi dan bisa mencari atau mengetahui sumber permasalahan atau faktor stressor
yang dialami orang tersebut,” pungkasnya.

(Penulis : Michael Hangga Wismabrata;  Editor : Michael Hangga Wismabrata)

 

 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul
“Pembunuhan Ibu dan Anak di Semarang, Mengapa Rasa Cemburu Bisa Picu
Kekerasan di Luar Nalar?”, Klik untuk baca:
https://regional.kompas.com/read/2022/03/20/104008878/pembunuhan-ibu-dan-anak-di-semarang-mengapa-rasa-cemburu-bisa-picu.

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah
dan cepat:

Android: https://bit.ly/3g85pkA;  iOS: https://apple.co/3hXWJ0L

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *