Nunukan (kabar-nusantara.com) – Dianty salah satu perempuan Dayak Agabag di Kecamatan Sebuku, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, tertarik menggeluti anyaman sebagai kearifan lokal. Ia menyatakan warisan budaya ini mesti dipertahankan, dilestarikan dan diwariskan pada generasi berikutnya, Selasa (15/3/2022).
“Saya belajar menganyam sejak umur 12 tahun, saat saya kelas 6 SD, karena seringnya melihat Mama dan keluarga yang menganyam tikar, bakul, anjat dan kalong. Selama usia sekolah rutinitas menganyam terhenti karena fokus belajar, tapi waktu liburan saya kembali belajar menganyam,” bebernya.
Tetapi saat ini bamyak perempuan Agabag mulai lupa dengan kegiatan menganyam dan beralih menjadi gemar pada kemajuan teknologi, waktunya dihabiskan dengan kegiatan interaksi di Facebook, WhatsApp, IG dan lain-lain.
“Saya mengajak putri putri Agabag, mari bersama menjadi agen perubahan, kita pertahankan warisan budaya kita, yang hari ini mereka tinggalkan. warisan ini memiliki nilai hidup yakni kearifan lokal, kewajiban kita melestarikan dan mewariskan,” katanya.
Dianty melanjutkan, karya anyaman yang dihasilkan antara lain, ada tas, anjat, bakul, tikar dan aksesoris yang bermotif. Setiap anyaman punya nama dan arti filosofis masing-masing seperti, Pinunggu, Sinumandak, Tiningolun, Agigimpong dan Binaliksanai. “Bahannya terbuat dari rotan atau benang, pewarnanya terbuat dari bahan alami seperti daun dan tumbuhan,” jelasnya.
“Saya bangga dan senang, bisa terus mempromosikan anyaman-anyaman ini, karena selain menjaga warisan budaya juga menjadi daya jual yang mendapatkan nilai ekonomi,” tutur perempuan 28 tahun ini kepada awak media kabar-nusantara.com, (Roni Duman)