Daerah  

Pupuk Hayati LBF dan OLT Terbukti Pacu Pertumbuhan Tanaman Hingga Panen

Pupuk hayati LBF dan OLT produksi A-PPI Magelang Raya. (foto: Syakira)

Magelang (Kabar Nusantara) – Berangkat dari kepedulian terhadap pertanian ramah lingkungan, Edy Gores bersama keluarga dan anak-anaknya mempraktikkan langsung pembuatan pupuk organik cair (POC), Sabtu (27/12/2025) berbahan dasar buah-buahan di Sekretariat A-PPI, Magelang. Seluruh bahan yang digunakan berasal dari buah-buahan yang mudah dijumpai di lingkungan sekitar, menjadikan pupuk ini murah, mudah dibuat, dan berkelanjutan.

Berbekal ilmu yang diperoleh dari Yussy Purwati, Edy Gores kemudian mengembangkan dan menerapkan beberapa metode pembuatan pupuk organik cair. Salah satu yang menjadi fokus adalah pupuk untuk merangsang pertumbuhan daun dan buah, yang dikenal di kalangan masyarakat dengan sebutan LBF (Liquid Bio Fertilizer).

Menurut Edy, pupuk LBF memiliki manfaat yang sangat baik untuk memacu pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman, khususnya tanaman tahunan seperti kelengkeng, durian, dan mangga. Bahkan, dengan pengaplikasian yang tepat waktu dan teratur, pohon kelengkeng yang disemprot LBF dapat berbuah tanpa mengenal musim.

“Di depan rumah, pohon kelengkeng bisa berbuah hingga empat kali dalam satu tahun. Kuncinya ada pada waktu penyemprotan yang tepat,” ungkap Edy.

Tak hanya itu, Edy juga membagikan pengalamannya saat mengaplikasikan pupuk LBF pada tanaman merica perdu. Hasilnya cukup mengejutkan, karena tanaman tersebut langsung berbuah meski baru memiliki dua helai daun.

“Saya semprotkan ke merica perdu, hasilnya langsung berbuah walaupun tanamannya masih sangat muda,” tandasnya.

Dalam proses pembuatannya, pupuk LBF memanfaatkan beberapa jenis buah yang berfungsi sebagai pemicu pertumbuhan, seperti pepaya, pisang, tomat, dan buah-buahan lainnya. Kandungan alami dari buah-buahan tersebut berperan penting dalam menyuburkan daun dan merangsang pembentukan buah. Ditambah dengan penggunaan starter, proses fermentasi ini mampu mengaktifkan molekul-molekul hidup, bahkan hingga membentuk molekul berukuran sangat kecil (nano) yang mudah diserap tanaman.

Campuran buah dan bahan pemicu difermentasi selama kurang lebih 12 hari. Setelah itu dilakukan proses penyaringan, sehingga pupuk siap digunakan oleh para petani dengan biaya yang sangat terjangkau.

Selain LBF, Edy Gores juga meracik pupuk organik cair khusus untuk memperbaiki dan menyuburkan tanah tandus serta kering. Pupuk ini merupakan kombinasi dari berbagai bahan alami seperti urine kelinci, gula merah, air cucian beras, kotoran hewan, serta ramuan starter berteknologi nano. Pupuk tersebut diberi nama OLT (Olah Tanah).

Meski dibuat dengan bahan sederhana dan tidak banyak, pupuk hayati OLT terbukti sangat bermanfaat dalam memperbaiki struktur tanah. Unsur hara tanah seperti Natrium (N), Phosphor (P), dan Kalium (K) dapat diperbarui secara alami, menjadikan tanah lebih gembur, subur, dan tidak lagi bantat (keras/tandus).

Di akhir kegiatan, Edy Gores berharap upaya kecil ini dapat menjadi pemantik semangat bagi generasi muda untuk mengenal dunia pertanian sejak dini.

“Saya ingin anak-anak muda memahami cara olah tanah dan olah tanam berbasis pertanian organik. Dengan pupuk hayati, kita ikut menjaga kesuburan tanah dan kelestarian bumi,” pungkasnya. (Syakira)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *