BALIKPAPAN (Kabar-nusantara.com) – Ramadhan tahun 2021/1442 Hijriah akan segera datang, situasi ramadhan tahun 2021 tidak jauh berbeda dibandingkan tahun lalu. Di tengah situasi pandemi virus corona, masyarakat diimbau untuk banyak berdiam diri di rumah, termasuk beribadah. Di media sosial, banyak yang berharap situasi wabah virus corona segera berakhir, dan berharap Ramadhan bisa berlangsung seperti tahun-tahun sebelumnya.
“Saya ingin mengajak kita semua, mari mantapkan hati, ikhlaskan diri, dan yakini bersama bahwa berada di rumah, beribadah di rumah selama Ramadhan adalah sebuah solusi dan salah satu pilihan yang harus kita ambil selama wabah Covid ini, semoga Allah memberkahi kita semua,” kata KH Syekh Mas’ud Husain Al-Hasani yang akrab disapa Guru Mas’ud, saat dihubungi di kediamannya pada Senin (28/03/21).
Menurut ulama kharismatik Kalimantan ini berdiam di rumah, termasuk dalam menjalankan ibadah Ramadhan disebut sebagai upaya pencegahan Covid-19 yang sesuai dengan imbauan pemerintah dan Badan Kesehatan Dunia (WHO).
“Meskipun kita sama-sama memahami dan menyadari betapa pentingnya dan betapa mulianya berada dan beribadah di masjid,” kata Guru Mas’ud.
Dalam kesempatan tersebut Guru Mas’ud yang juga Ketua Umum DPP Perhimpunan Rakyat Asli Kalimantan ini menyampaikan berbagai amalan-amalan yang dipersiapkan untuk menyambut bulan Ramadan diantarnya :
a. Menata niat yang baik, ikhlas dan penuh menyambutnya dengan penuh kegembiraan, Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa yang bergembira dengan datangnya bulan Ramadhan, Allah akan mengharamkan jasadnya masuk ke dalam neraka.
“Begitu mulianya bulan Ramadhan sehingga menyambut dengan perasaan senang dan gembira saja Allah SWT akan memberikan jaminan surga kepadanya. Dengan catatan jika semua itu dilaksanakan dengan penuh keimanan dan keihlasan,” imbuhnya.
b. Berpuasa, Baca Al Qur’an, dan Perbanyak Sedekah, hendaknya sebelum masuk bulan Ramadhan yaitu bulan Rajab dan Sya’ban, sudah mulai melatih diri dengan melaksanakan amalan-amalan sunat, misalnya berpuasa, membaca Al Qur’an, memperbanyak sedekah dan zakat mal (harta).
Hal ini sesuai dengan hadits Nabi diriwayatkan dari Anas: “Bahwa umat Islam ketika masuk bulan Sya’ban, maka senantiasa membaca Al Qur’an dan mengeluatkan zakat hartanya, sebagai, bantuan untuk orang miskin dalam menghadapi puasa.
c. Melaksanakan Ziarah, amalan-amalan menyambut Ramadhan berikutnya yakni ziarah ke makam orang tua, kerabat, dan saudara yang telah mendahului kita. Hal ini untuk mendoakan agar diampuni dosa-dosanya, diterangkan, dan diluaskan alam kuburnya serta diberikan tempat yang mulia di sisi Allah SWT.
Ziarah kubur merupakan amalan yang sangat baik, di samping kita akan mendoakan kepada ahli kubur khususnya orang tua kita. Juga ziarah kubur akan mengingatkan kita pada kematian. Bahwa kematian itu adalah sebuah kepastian sehingga kita harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum ajal menjemput kita.
Ziarah kubur waktunya boleh setiap saat, namun pada saat menjelang bulan puasa memiliki makna yang sangat istimewa, di samping nilai silaturahminya. Juga karena bulan Sya’ban memiliki nilai keutamaan dibandingkan bulan lainnya.
d. Silaturahmi dan Saling Memaafkan, amalan menyambut Ramadhan berikutnya yakni Silaturahmi dan saling memaafkan di antara saudara, kerabat, dan teman-teman. Hal ini penting dilakukan agar kita memasuki bulan puasa dengan bersih jiwanya, penuh ketenangan, keihlasan dan kekhusuan semata ingin mengharapkan ridlo dari Allah SWT.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah ayat 178 yang artinya: “Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hemdaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar diat kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula).
Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu nikmat. Barang siapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih. (QS Al-Baqarah ayat 178).
“Untuk kegiatan silaturahmi dan saling meminta maaf bisa dilakukan melalui media sosial dan media daring mengingat masih ada kebijakan untuk physical distancing dan PSBB,” ujar Guru Mas’ud.
Puasa di bulan suci ramadhan hanya dilakukan selama satu tahun sekali. Walaupun ramadhan tahun ini di warnai dengan situasi pandemi covid-19, namun kegembiraan dan semangat untuk menyambutnya tak boleh surut. Umat muslim harus tetap meningkatkan keimanan dan memperbanyak ritual ibadah yang bisa dilakukan walaupun hanya di rumah. Seperti tadarus Al-Qur’an, qiyamul lail, atau shalat tarawih.
Akan tetapi lanjut Guru Mas’ud ada hikmah di balik situasi pandemi ini. Apa itu? Yakni umat muslim bisa punya banyak waktu untuk menjalankan amalan baik seperti membaca Al-Qur’an. Hal tersebut sering abai lantaran masyarakat disibukan dengan banyak aktifitas duniawi yang dilakukan di bulan puasa. Namun kali ini tidak, karena masyarakat dianjurkan untuk tetap dirumah saja.
Membaca Al-Quran bukan hanya berhenti di satu waktu. Setiap saat dan setiap hari tentunya kita diperintahkan Allah SWT untuk membacanya dan menjadikannya sebagai pedoman. Membaca Al-Quran di bulan Ramadhan tentu memiliki keutamaan tersendiri bagi seorang muslim.
Pahala bagi yang membaca Al-quran pun luar biasa besar dan dilipatgandakan. Sebagai mana sabda Rasulullah “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka ia akan mendapatkan satu kebaikan dengan huruf itu, dan satu kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh. Aku tidaklah mengatakan Alif Laam Miim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan Mim satu huruf.” (HR Tirmidzi).
“Jika membaca Al-Qur’an akan menuai kebaikan dan pahalanya dilipatgabdakan, bagaimana jika dibaca di bulan yang penuh keberkahan ini? Tentu akan lebih banyak lagi kebaikan serta ganjaran yang akan diraih bagi siapa yang membacanya,” tuturnya.
Kemudian selain membaca Al-Qur’an, situasi seperti ini justru memberikan kesempatan kepada umat islam untuk menjaga kualitas puasanya. Sebab ada beberapa hal yang membuat kualitas atau pahala puasa berkurang. Diantaranya adalah ghibah (gosip), menatap lawan jenis (yang bukan mahramnya) dengan syahwat dan berkata dusta.
Hal-hal yang membuat kualitas atau pahala puasa berkurang itu sering terjadi lantaran dipengaruhi aktifitas diluar rumah. Seperti berkumpul dengan teman, seringkali terlontar perkataan buruk secara spontan serta pembicaraan yang tidak penting. Bahkan tak jarang pula terlontar perkataan atau kalimat yang berbau porno.
Kemudian aktifitas diluar rumah pun membuat masyarakat bebas bertemu dan melihat siapapun, tak terkecuali lawan jenis yang tentu saja bisa menimbulkan hawa nafsu. Namun karena aktifitas diluar rumah berkurang dan masyarakat dihimbau untuk tetap berada dirumah saja, hal-hal yang dapat mengurangi kualitas puasa bisa dihindarkan.
Dengan demikian lanjut Guru Mas’ud, kita bisa mengambil hikmah ramadhan disaat pandemi corona ini, yaitu fokus menjalankan ibadah puasa yang diirngi dengan amalan baik dan terhindar dari perbuatan merusak pahala berpuasa. (are)