Belu (kabar-nusantar. com) – Sr. Agustina Bete Kiik, S.Sp.S, Kepala Sekolah Pusat Keunggulan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Katolik Kusuma (SMKSKK) Atambua, menyampaikan agar siswa dan siswi mampu mengembangkan potensi dirinya.
Lebih jauh ditekankan kepada para guru, mereka harus siap dan rela berkorban untuk anak didiknya. Karena itulah yang disebut guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Hal ini dikatakan suster Agustina dalam ruang kerjanya di SMKSKK Atambua, Kamis (11/8/2022) siang.
Saat dikunjungi awak media, Kepala SMKSKK Atamnua itu baru saja usai mengawasi final lomba antar kelas untuk menyongsong HUT RI Ke-77. Kegiatan tersebut sudah berlangsung sejak Senin 7 Agustus 2022.
Menurut Suster Agustina, banyak orang tua siswa takut sekolah mengadakan banyak kegiatan, karena kegiatan itu membutuhkan biaya besar. Tapi menurut Kepala SMKSKK di Atambua itu tidak seperti itu.
“Saya selalu menyampaikan kepada anak-anak agar selalu aktif mengadakan kegiatan ektrakurikuler. Selanjutnya para guru saya minta agar siap dan rela berkorban bagi anak-anak didik. Karena disitulah nilai yang tertinggi bagi seorang guru,” jelasnya.
Sr. Agustina menambahkan, dari pengorbanan itulah yang disebut Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa itu ya ini. Maka itu butuh pengorbanan dari para guru dalam semangat kerja membimbing anak-anak sampai sore bahkan kalau perlu sampai malam.
Kegiatan lomba antar kelas ini tujuannya untuk memeriahkan menjelang peringatan 17 Agustus, sekalian sebagai pencarian bakat. “Kami merasa senang karena di awal tahun ajaran baru, terlebih kelas satu yang baru, kita sudah melihat bakat penampilan mereka.
“Jadi kami setiap kali diberi waktu dan ruang, ini waktu yang baik untuk memberikan anak-anak semangat juang untuk berkreasi, meningkatkan kualitas diri, sehingga bisa tampil kedepan karena disitu ada kepercayaan diri,” yerangnya.
Mereka dilantih kan? dan tertantang sehingga anak-anak bisa mandiri, berani untuk tampil dan mereka memiliki jiwa kepemimpinan disitu. jadi bukan soal menangnya, tetapi yang perlu diketahui oleh anak-anak dalam perlombaan itu adalah tentang kemandirian dan kepercayaan dirinya, bukan soal juaranya.
“Jadi bagaimana kamu menampilkan bakatmu dengan sebaik mungkin, yang belum bagus ditingkatkan lagi, itu yang saya sampaikan ke anak-anak. terlebih untuk bapak ibu guru saya ini mereka sangat luarbiasa,” ungkapnya.
Karena mereka mendampingi anak- anak sampai sore ada yang sampai malam. dan disitu terlihat pengorbanan seorang guru. sehingga dia tidak melihat semuanya harus di uangkan karena kalau semua itu di uang kan maka itu tidak akan bisa berjalan dengan baik.
“Kalau guru itu menghasilkan seorang anak yang berbakat dan terampil saat anaknya sukses pasti akan sampai berita itu kepadanya, sehingga guru guru saya bersemangat sampai sorepun mereka tetap membina anak-anak.” tutupnya dengan senyum. (Rofinus Bria)