Dikretur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigadir Jenderal Ahmad Nurwakhid. Foto: BNPT |
Jakarta (kabar-nusantara.com) – Dikretur Pencegahan Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigadir Jenderal Ahmad Nurwakhid menyatakan
soal penceramah radikal yang disampaikan Presiden Joko Widodo sebagai
peringatan kuat untuk meningkatkan kewaspadaan nasional. Dilansir dari laman
jppn.com, Senin (7/3/22)
Pernyataan Presiden pada Rapat Pimpinan TNI – Polri di Mabes
TNI, Jakarta, Selasa (1/3) itu harus ditanggapi serius oleh seluruh
kementerian, lembaga pemerintah dan masyarakat pada umumnya tentang bahaya
radikalisme.
“Sejak awal kami (BNPT) sudah menegaskan persoalan
radikalisme harus menjadi perhatian sejak dini karena sejatinya radikalisme
adalah paham yang menjiwai aksi terorisme. Radikalisme merupakan sebuah proses
tahapan menuju terorisme yang selalu memanipulasi dan politisasi agama,” tegas
Nurwakhid, Sabtu (5/3)2022.
Sementara itu, untuk mengetahui penceramah radikal,
Nurwakhid mengurai beberapa indikator yang bisa dilihat dari isi materi yang
disampaikan bukan tampilan penceramah. Setidaknya ada lima indikator yang
disampaikannya. Pertama, mengajarkan ajaran yang anti-Pancasila dan
proidieologi khilafah transnasional.
Kedua, mengajarkan paham takfiri yang mengafirkan pihak lain
yang berbeda paham maupun berbeda agama.
Ketiga, menanamkan sikap anti pemimpin atau pemerintahan
yang sah, dengan sikap membenci dan membangun ketidak percayaan (distrust)
masyarakat terhadap pemerintahan maupun negara melalui propaganda fitnah, adu
domba, hate speech, dan sebaran hoaks.
Keempat, memiliki
sikap eksklusif terhadap lingkungan maupun perubahan serta intoleransi terhadap
perbedaan maupun keragaman (pluralitas). Kelima, biasanya memiliki pandangan anti budaya ataupun anti
kearifaan lokal keagamaan.
“Mengenali ciri-ciri penceramah jangan terjebak pada
tampilan, tetapi isi ceramah dan cara pandang mereka dalam melihat persoalan
keagamaan yang selalu dibenturkan dengan wawasan kebangsaan, kebudayaan dan
keragaman,” kata dia.
Sejalan dengan itu, Nurwakhid juga menegaskan strategi
kelompok radikalisme memang bertujuan untuk menghancurkan Indonesia melalui
berbagai strategi yang menanamkan doktrin dan narasi ke tengah masyarakat. “Ada
tiga strategi yang dilakukan oleh kelompok radikalisme,” ujar dia.
Pertama, mengaburkan, menghilang bahkan menyesatkan sejarah
bangsa. Kedua, menghancurkan budaya dan kearifan lokal bangsa Indonesia.
“Ketiga, mengadu domba di antara anak bangsa dengan
pandangan intoleransi dan Isu SARA,” urai Nurwakhid.
Strategi ini dilakukan dengan politiasi agama yang digunakan
untuk membenturkan agama dengan nasionalisme dan agama dengan kebudayaan luhur
bangsa. Dia menyebut proses penanamanya dilakukan secara masif di berbagai
sektor kehidupan masyarakat, termasuk melalui penceramah radikal tersebut.
“Inilah yang harus menjadi kewaspadaan kita bersama dan
sejak awal untuk memutus penyebaran infiltrasi radikalisme ini salah satunya
adalah jangan asal pilih undang penceramah radikal ke ruang-ruang edukasi
keagamaan masyarakat,” kata dia. (fri/jpnn)
Artikel ini telah tayang di JPNN.com dengan judul “Tingkatkan
Kewaspadaan, BNPT Beberkan Ciri Penceramah Radikal”,
https://www.jpnn.com/news/tingkatkan-kewaspadaan-bnpt-beberkan-ciri-penceramah-radikal