banner 728x250

Erepina Ketua Forum Perempuan Yahukimo Tuntut Hak Sipol dan Ekosob

banner 120x600
banner 468x60

banner 325x300

Jayapura (kabar-nusantara.com) – Erepina Suhuniap, Ketua Forum Peduli Perempuan Yahukimo dan Pendiri Perempuan Pegunungan Tengah Wilayah Lapago dalam rangka memperingati 10 Desember HAM Sedunia ini, menuntut hak kebebasan berkarir sipil politik, ekonomi, sosial dan budaya, Sabtu (10/12/2022). 

“Selama ini  kami menghadapi 3 dominasi, marginalisasi, Spordinasi, strotype, tiga dominasi tersebut  menjadi faktor utama laki-laki tidak bisa memberikan kebebasan untuk kami bisa berkarir baik sipil politik, dan ekonomi sosial budaya sederajat dengan laki-laki. 

Diharapkan kedepan tujuan organisasi dirikannya untuk menjawab harapan-harapan  kepada Pemerintah untuk menjadi mitra kerja Pemerintah, Kabupaten/ Kota, Provinsi bahkan Pusat. Mereka mengakomodir kami untuk menduduki  jabatan birokrasi. 

“Perempuan Papua sekarang sudah memenuhi syarat untuk menduduki jabatan, Kepala seksi bahkan Kepala Dinas. Tetapi selama ini dominasi bukan perempuan asli Papua, tetapi perempuan dari luar Papua,” katanya. 

Dia mengusulkan dengan pertanyaan besar kepada Pemerintah Raerah, kenapa tidak mengangkat hak dan martabat perempuan asli Papua? Perempuan mempunyai hak untuk bersaing, dimana kelemahan? apakah  tidak mampu untuk melaksanakan kepercayaan? 

“Sehingga kepercayaan hanya kepada perempuan-perempuan luar. Dimana hak berkarir kami? dengan berlakunya otsus Papua tahun 2002- 2020? kami tidak merasakan untuk memenuhi hak sipil  politik, ekonomi, sosial dan budaya,” tanyanya. 

Dia berharap otsus jilid II hak atas politik  kuota 30% perempuan tahun 2024 harus diperhatikan secara khusus 8 Kabupaten wilayah Lapago, mengakomodir, dan merekomendasikan,  tingkat Kabupaten tindaklanjut kami merekomendasikan tingkat provinsi,”  kata pendiri perempuan pegunungan tengah wilayah Lapago. 

“Melalui peringatan hari HAM sedunia Pemerintah Daerah harus perhatikan perempuan sederajat dengan laki-laki, berdiri sama tinggi, duduk sama rendah,” terangnya.

Perempuan hakikatnya bukan pesuruh, tetapi mitra kerja. Strotype memandang hiasan tidak elok, tahun-tahun kedepan laki-laki memandang kemanusian, tidak memandang perbedaan jenis-kelamin,” tutupnya.  (KBN-145-Isak)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *