Jakarta
(kabar-nusantara.com) – Seni kaligrafi dikenal sebagai salah satu warisan Islam
dalam sektor seni budaya. Dalam bahasa arab disebut dengan Khat, yaitu tulisan indah. Asal usulnya, masih ada perbedaan pendapat di
kalangan sejarawan. Sejumlah sejarawan, berpendapat bahwa kaligrafi pertama kali
ditemukan di relief makam raja-raja purba yang banyak dijumpai di Abidos.
Dilansir dari laman detik.com, Jumat (17/12/2021)
Selain itu,
ada pula kaligrafi yang ditemukan di papyrus tumbuhan kawasan sungai Nil,
seperti yang dilansir dari Al quran dan Kaligrafi Arab Peran Kitab Suci dalam
Transformasi Budaya karya Ilham Khoiri R.
Sementara itu, disebutkan dalam buku Seni Kaligrafi karya D Sirojuddin,
kaligrafi disebut sudah ada sejak masa kepemimpinan Khalifah Utsman bin Affan. Saat itu,
seni kaligrafi mulai lahir ketika Khalifah Utsman mengembangkan ide untuk
mengumpulkan mushaf Al Quran.
Ia
melanjutkan ide dari Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq yang pernah memerintahkan
para sahabat dan penghafal Al Quran untuk menuliskan ayat-ayat Quran dalam
batu, dedaunan, hingga pelepah kurma. Khalifah Utsman pun mengembangkan cara penulisan ayat suci Al Quran agar umat
Islam tertarik untuk membaca dan mempelajarinya.
Hingga lahirlah seni tulis
menulis indah Al Quran ini yang disebut kaligrafi. Sebab itu pula, seni
kaligrafi memiliki kaitan erat dengan Al Quran. “Pada dasarnya, seni ini mengandung ayat Al Quran, hadits, syair, dan
kata-kata yang diukir dengan indah di dinding-dinding masjid, tembok istana,
dan gedung megah,” tulis buku tersebut.
Kaligrafi
Arab mengalami perkembangan di berbagai budaya dunia, seperti di Barat (Eropa,
Amerika) dan Timur (Arab, Cina, Jepang, India, Indonesia, dan negara di Asia
lainnya). Kemajuan seni kaligrafi Islam dapat dibuktikan dari banyaknya seniman Eropa
yang menggunakan tulisan Arab dalam lukisan mereka.
Salah satunya ada Giotto,
ia menjadi seniman barat pertama yang menggunakan tulisan Arab dalam karyanya.
Di
Indonesia, menurut Repositori IAIN Kudus, seni kaligrafi masuk ke Indonesia
ditandai dengan bukti makam-makam kuno yang berasal dari luar Indonesia hingga
sumber-sumber media, seperti kitab, mushaf Al-Qur’an tua atau naskah perjanjian
(qaulul haq) pada abad ke 13-19 M.
Aksara Arab pada masa ini masih berbahasa Melayu yang disebut Pegon, huruf Jawi
atau huruf Melayu. Kemudian, pada abad ke 18-20, kaligrafi kemudian dituangkan
dalam kegiatan kreasi seniman Indonesia.
Mereka
mengaplikasikannya dalam berbagai media seperti, kertas, kayu, logam, dan
medium lainnya. Karya ini biasanya merupakan produk keraton Cirebon, Yogyakarta, Surakarta,
atau Palembang. Namun hingga
akhir periode angkatan perintis kaligrafi di Indonesia ini, tidak ada seniman
kaligrafi yang dikenal namanya.
Baca artikel detikedu, “Asal Usul Kaligrafi, Apa Benar Lahirnya dari
Bangsa Arab?” selengkapnya