Jayapura (kabar-nusantara.com) – Soni Kobak, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Fisip Universitas Cenderawasih mengatakan hari ini mengadakan seminar sehari. Dengan tema inovasi pendidikan membangun karakter mahasiswa dan generasi zaman era industri 4.0. di Jayapura, Rabu (12/10/2022).
Kobak menjelaskan zaman era industri 4.0 ini bagaimana generasi Papua lebih khusus mahasiswa Fisip Uncen menghadapi tantangan teknologi, mengingat dengan itu, ia melakukan kegiatan seminar sehari ini.
“Dengan menghadirkan beberapa narasumber, kami hadirkan 6 orang narasumber. Yang antara lain menjelaskan bahwa bagaimana generasi milenial hari ini, bisa menghadapi tantangan zaman industri era 4.0 ini. Karena ini tantangan terhadap generasi hari ini,” kata Kobak.
Dijelaskan lebih lanjut materi yang dibawakan diantaranya, bagaimana Mahasiswa Papua menghadapi era globalisasi 4.0 dibawakan oleh Pekinus Yando dan Hosea Murib, staf ahli Gubernur Papua membidangi otonomi khusus.
“Kami mahasiswa dan rakyat Papua beberapa bulan lalu, mengaspirasikan bahwa otsus itu dibatalkan atau dilanjutkan. Tetapi dengan kebijakan pemerintah pusat otsus sudah dilanjutkan, maka kami mahasiswa dalam kesempatan ini bisa ditanyakan kepada yang bersangkutan,” terangnya.
Soni menerangkan bahwa otsus itu sampai dimana sudah memperpanjangkah atau belum, itu yang kingin ditanya. Maka ia mengundang yang membidangi otsus itu untuk membawakan materi dalam seminar tersebut.
Materi berikutnya dibawahkan oleh Latifah Anum Siregar, Direktur ALDP sekaligus pengacara hukum di tanah Papua, mahasiswa ingin mempertanyakan bahwa mahasiswa belum memahami secara materi tetapi harus berdemonstrasi pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di tanah Papua.
“Pelanggaran itu, saat ini sudah di mana? dan kapan akan diselesaikan? Nah itu yang kami mengundang Latifah Anum Siregar untuk membawahkan materi tersebut dengan judul, Kapan Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Papua diselesaikan,” kata Soni.
Materi selanjutnya dibawakan oleh Pontius Omoldoman dengan judul Gerakan Mahasiswa dalam dunia Kampus, karena mahasiswa belum memahami pergerakan sesunggunya, sehingga tindakan dilapangan itu tidak sesuai dengan materi. Sehingga mahasiswa bisa memahami cara menyampaikan pandangan di depan umum dengan cara sistem, terstruktur dan masif.
Tidak hanya itu Dorthea Ranyaan, Pembantu Dekan II membawa materi dengan topik, hubungan yang baik antara akademisi dengan organisasi mahasiswa, bagaimana pentingnya akademisi dan organisasi mahasiswa, dia menjelaskan akademisi dan organisasi mahasiswa itu sangat penting.
Sementara itu, Jhon R. V. Korwa, Dosen Hubungan Internasional Uncen membawa materi tentang bagaimana generasi Papua mampu untuk menulis jurnal ilmiah. Karena generasi Papua juga tidak mau ketinggalan dalam menulis jurnal ilmiah. Sehingga kita bisa bersaing dengan teman-teman mahasiswa di dunia lain
“Dengan seminar begini, kita membangun pola pikir mahasiswa supaya mereka menghadapi tantangan di era globalisasi ini. Itu yang kami fikir penting untuk melakukan kegiatan semacam ini. Kegiatan selanjutnya nanti akan kami lakukan, akan dikomunikasikan kepada semua mahasiswa,” terangnya.
Soni berharap bahwa mahasiswa milenial Papua siap ataupun tidak siap, tantangan ini harus dihadapi, karena ada di era itu, di era ini tidak ada yang bilang! ah belum siap, istilah itu tidak ada.
“Tapi mau tidak mau, mampu atau tidak mampu tetap menghadapi. karena ini sudah menjadi kewajiban, kita bukan lagi berada di zaman batu tetapi sekarang ini kita berada di zaman industri era 4.0 itu,” imbuhnya.
Ditempat yang sama Yoram Siringon, Ketua Panitia seminar menyampaikan ucapan terimakasih kepada lembaga Fisip Uncen yang telah memberikan kontribusi moril maupun materil untuk mensukseskan kegiatan ini secara aman dan tertib.
Dia menyampaikan ucapan terimakasih juga kepada Pimpinan BEM, DPMF dan Mahasiswa/i di lingkungan Fisip Uncen yang telah memberikan kontribusi, kerjasama dari pembentukan Panitia hingga akhirnya juga kegiatan terlaksana dengan baik.
“Seminar yang kita lakukan ini adalah dengan tema inovasi pendidikan membangun karakter mahasiswa dan generasi zaman era industri 4.0. Hari ini menjadi kebutuhan kita belajar yang kreatif, inovatif untuk bersaing di era globalisasi,” kata Siringon.
Sementara itu, Ibrahim Kristofer Kendi, Pembantu Dekan III Fisip Uncen mengatakan ini adalah kegiatan akademik, seminar semacam ini menggiring mereka untuk selalu berpikir secara akademmik untuk menjadi orientasi organisasi mahasiswa.
Kendi menjelaskan kita mengarahkan mereka untuk tidak terpengaruh dengan lingkungan yang ada disekitar mereka, tapi mereka lebih diarahkan ke kegiatan seperti ini. tema diskusi mereka hari ini adalah berkaitan dengan pendidikan di era 4.0, singkatnya begitu.
“Mempersiapkan generasi muda melalui pendidikan menuju era 4.0 ini, materi yang dibawakan oleh pemateri pada seminar ini sebagai informasi awal saja, tetapi persoalan sementara ini kita sedang menghadapinya,” katanya.
Dijelaskan bahwa mereka kembali mengingatkan kita bahwa menghadapi pendidikan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi, semua sudah berhadapan dengan teknologi, contohnya ketika pandemi virus corona kemudian menikmatinya 2 tahun yang lalu.
“Semua diwajibkan untuk segala macam pekerjaan itu bersifat online, kita di kampus mengajar juga menggunakan aplikasi zoom. Kemudian universitas juga sudah menyediakan aplikasi untuk digunakan dalam proses perkuliahan itu,” ucapnya.
Disebutkan namanya aplikasi sistim informasi administrasi akademik, itu disiapkan oleh universitas untuk seluruh proses perkuliahan, semua diharuskan menggunakan teknologi-teknologi semacam itu.
Kristofer juga berharap tidak bisa hindari keadaan dan kondisi seperti jaman sekarang ini. Contoh sederhana misalnya mahasiswa waktu kuliah online mereka mengeluh untuk tidak punya gadget, handphone atau laptop.
“Saya bisa menjawab bahwa pertanyaan seperti itu, saya tidak bisa menjawab, maksudnya menjawabnya mau tidak mau mahasiswa harus siap untuk menghadapi era 4.0 itu,” harapnya.
Dijelaskan karena kalau keluhannya adalah keterbatasan alat kelengkapan atau ketidakmampuan mengakses teknologi, itu pertanyaan yang saya tidak bisa jawab, pertanyaan itu kembali kepada mahasiswa yang bersangkutan.
“Dalam kondisi apapun harus siap untuk menghadapi itu, makanya handphone yang sudah diera jaman dulu itu, sudah tidak lagi berguna, kita sekarang ada di jaman seperti ini, kuliah bisa tiduran sambil melihat chat, mendengarkan materi, itu sudah mempermudah untuk proses perkuliahan seperti itu era 4.0 ini,” tutupnya. (Isak Silak-BN-145.09.22)