Wamena (kabar-nusantara.com) – Ketua Korwil Mahasiswa kota Jayawijaya Piniet Bahabol menyatakan, Dunia agama mencatat manusia akan menerima sengsara di zaman akhir, maka dibalik kata itu Mahasiswa Yahukimo akan menjadi kritis terhadap berbagai peristiwa.
“Mahasiswa Yahukimo harus berani menanggung sengsara yang lebih menyakitkan pada masa sekarang dari pada sengsara dimasa yang akan datang,” katanya.
Lebih jauh dia menyampaikan, apakah Mahasiswa hanya melakukan hal-hal yang tidak patut terhadap situasi sekarang, padahal ada oknum-oknum yang melampaui batas-batas kewajaran.
“Selalaku Mahasiswa Yahukimo jangan ada yang menjadi korban. Ini bukan hal biasa namun sangat meyakitkan, yakni bahwa ada kata yang dirilis, kita telah menjadi budak,” jelasnya.
Peristiwa di Wamena pada Sabtu 8 Oktober 2022, telah terjadi secara terstruktur di Kabupaten Yahukimo.
“Kami Mahasiswa ada untuk Yahukimo, untuk beberapa suku yang ada dari Yahukimo disatukan oleh organisasi Korwil Pelajar, Mahasiswa Yahukimo (KPMY) VII (tuju suku besar) XII (dua belas keleng suku), dengan bahasa yang berbeda yaitu ada 7 bahasa,” tambahnya.
Dia menambahkan bahwa warga Yahukimo memiliki kearifan budaya lokal, ada 12 budaya di Yahukimo, itu yang saat ini sedang diatur oleh Pemerintahan Kabupaten Yahukimo menjadi pondasi utama bagi Mahasiwa dan Mahasiswi dari 51 Distrik, dengan 517 Kampung di berbagai pedalaman.
“Kita memiliki SDM yang harus diisi oleh Mahasiswa sebagai punggung Pemerintahan yang berkualitas, dan ter organisir dimana-mana. Organisasi Mahasiswa di seluruh Indonesia bakan di luar negeri organisasi mahasiswa Yahukimo ada. Dan jumlah kita menjadi ribuan Mahasiswa, namun kurang diperhatikan oleh Pemerintah Yahukimo. Sehingga terlihat lemah dan terlantar seperti anak ayam kehilangan induknya,” tandasnya.
Bahwa pondasi utama sangat kuat karena telah memiliki 3 wilayah 9 organisasi Gereja, yakni GKI, GIDI, GINGMI, GPDI, ADPEN, KJRP, KATOLIk, BAPTIS, GKII didalamnya memiliki ratusan Mahasiswa Yahukimo, dan itu sudah terbentuk sejak 20 tahun lalu sampai saat ini, namun kurang memperhatikan SDM.
Banyak mahasiawa menggalami kendala karena kurang perhatian dari Pemerintah Daerah. Selama ini apa arti damai berasal dari kehidupan manusia-manusia damaikan oleh Pemerintah Yahukimo.
“Saya sebagai Mahasiswa menilai terlalu melenceng dengan moto mereka, Yahukimo Damai Sejatera, itu tak ada gunanya,” jelas Piniet.
Pemerintah Pusat telah menetapkan UU OTONOMI KHUSUS tahun 2020 sekarang ini sudah Otsus jilid II tapi bagi orang Papua lebih khusus lagi bagi warga Kab/Kota, Pniet Bahabol mengklaim UU Otsus di Kabupaten Yahukimo bukan untuk Pelajar atau Mahasiswa tetapi sekedar permainan yang sedang dipermainkan oleh elit-elit politik.
Dan sebetulnya justru merugikan Mahasiswa Yahukimo, maka Pemerintah Pusat harus klarifikasi terhadap anggaran negara yang telah dialokasikan untuk SDM di Yahukimo. Bahkan anggaran Pemerintah Daerah bagi SDM di Yahukimo sangat kecil, khususnya untuk dana beasiswa.
“Saran kami atas nama Mahasiswa Yahukimo Pemerintah baik Dinas Pendidikan, Sekda, Kesra, Bupati – Wakil Bupati Kabupaten Yahukimo mempertimbangkan menyangkut dana beasiswa untuk Mahasiawa Yahukimo, sebelum memutuskan,” tandasnya.
“Apa bila Pemerintah Kabupaten berjalan dengan semaunya sendiri pemerintah, kami selaku Kordinator Mahasiswa dan Mahasiswi dari 23 Kota, dalam study akan membuat sejarah. Karena Pemerintah kami nilai tidak menghormati organisasi mahasiswa,” tandasnya.
Karena semua yang mengetahui keluhan teman-teman Mahasiswa adalah Korwil di masing-masing Kota studi se- Indonesia menyangkut dana beasiswa,” tutup Piniet Bahabol.
(Timr)