Kusan Hulu, Kabar Nusantara – Sorak sorai dan tawa anak-anak memenuhi Aula Kantor Kecamatan Kusan Hulu, Sabtu (16/08), ketika kepingan logo meluncur deras di karpet biru dan mengenai sasaran lawan. Lomba tradisional balogo yang digelar dalam rangka HUT ke-80 RI menarik perhatian warga dari berbagai desa. Di antara peserta, Tim SEA (Surya, Enggar, Ana) berhasil menunjukkan ketangkasan, strategi, dan kerja sama hingga akhirnya dinobatkan sebagai Juara Pertama.
Balogo merupakan permainan tradisional khas masyarakat Banjar. Permainan ini menggunakan kepingan bulat dari tempurung kelapa atau tanduk kerbau yang disebut logo, dilontarkan untuk mengenai sasaran lawan. Dahulu, balogo menjadi hiburan sehari-hari anak-anak Banjar di halaman rumah atau lapangan kampung. Kini, permainan ini semakin jarang terlihat karena tergeser permainan digital.
Lomba dimulai pukul 11.30 WITA dan berlangsung hingga 14.00 WITA, diikuti oleh 11 tim dari berbagai desa di Kecamatan Kusan Hulu. Setiap tim bermain dalam babak penyisihan dengan sistem gugur. Tim SEA menampilkan koordinasi yang solid dan strategi yang rapi, berhasil menyingkirkan lawan-lawannya di setiap babak.
Momen paling menegangkan terjadi saat babak final. Surya meluncurkan logo dengan gerakan melingkar, mengenai sasaran lawan dengan presisi. Enggar dan Ana menyiapkan lemparan berikutnya dengan timing yang sempurna. Sorak sorai penonton pecah ketika logo terakhir mengenai target dan memastikan kemenangan Tim SEA. Anak-anak yang menyaksikan lomba tampak terkagum-kagum, meniru gerakan lemparan dengan tangan mereka sendiri.
Ahmad Surya Fanie, anggota Tim SEA, mengatakan, “Balogo bukan hanya permainan. Ada nilai kebersamaan, sportivitas, dan kearifan lokal di dalamnya. Kami bangga bisa ikut serta sekaligus memenangkan lomba. Semoga permainan ini bisa terus dikenal anak-anak sekarang.”
Anak-anak terlihat menirukan gerakan melontarkan logo, beberapa berlatih bersama teman-temannya di sisi karpet biru. Orang tua mengenang masa kecil mereka saat balogo menjadi hiburan sehari-hari. “Senang bisa melihat anak-anak mengenal permainan kampung. Rasanya seperti kembali ke masa dulu,” ujar salah seorang warga yang hadir.
Panitia lomba menjelaskan bahwa tujuan kegiatan ini adalah menghidupkan kembali permainan tradisional Banjar sekaligus menanamkan nilai kerja sama dan sportivitas.
“Kami ingin generasi muda tahu bahwa permainan lokal tidak kalah seru dibanding permainan digital. Ini juga bagian dari upaya melestarikan budaya kita,” kata salah satu panitia.
Kedepannya, panitia berharap lomba balogo tidak hanya menjadi agenda tahunan HUT RI, tetapi juga diperkenalkan di sekolah-sekolah. Dengan begitu, anak-anak bisa mengenal dan memainkan permainan tradisional sejak dini.
Beberapa guru yang hadir bahkan menyatakan kesediaannya memasukkan balogo ke kegiatan ekstrakurikuler sebagai sarana pendidikan karakter dan hiburan.
Karpet biru di Aula Kecamatan menjadi pusat perhatian. Anak-anak saling berebut giliran mencoba melempar logo, sementara orang tua memberikan tips dan menyemangati peserta muda. Sorak sorai dan tawa memenuhi udara, menciptakan suasana yang hangat dan akrab. Permainan sederhana ini berhasil menyatukan generasi tua dan muda dalam satu lingkar kebersamaan.
Enggar, salah satu anggota Tim SEA, mengaku termotivasi oleh pengalaman lomba ini. “Melihat kami kompak dan piawai membuat saya ingin terus belajar. Semoga balogo tetap dikenal di sekolah dan kampung kami,” ujarnya.
Kegiatan ini tidak sekadar lomba, tetapi juga menjadi momentum edukatif dan sosial. Tim SEA, dengan kemenangan mereka, berhasil menjadi simbol kolaborasi, sportivitas, dan semangat pelestarian budaya lokal yang bisa diteladani generasi muda.
Ryn/KabrNsntr