Sukoharjo (Kabar Nusantara) – Sesi terakhir kegiatan Sekolah Wirausaha Aisyiyah (SWA) yang di prakarsai LBH MHH PW ‘Aisyiyah (PWA) Jawa Tengah bekerja sama dengan Program Inklusi – Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah berjalan sukses.
Kegiatan Akhir Sekolah Wirausaha ‘Aisyiyah bagi Komunitas BUEKA Kecamatan Pedan-Klaten dan Komunitas BSA Kabupaten Sukoharjo ini dilaksanakan di Meeting Room Pesantren Darul Fatihil Kirom Dukuh Gowanan, Ngemplak, Kartasura, Sukoharjo, Sabtu (01/11/2025).
Hadir dalam acara tersebut ketua LBH MHH PWA Jateng Dr. Siti Kasiyati, S. Ag. M. Ag. CM, dan Wakil ketua PWA Jateng yang membidangi MHH PWA dan LLHPB PWA Jateng Dr. Sri Gunarsi, S.H., M.Hum.
Peserta Sekolah Wirausaha Aisyiyah (SWA) sebanyak 45 orang ini pada sesi terakhir diberikan materi mengenai Teknik Pemasaran oleh Astri Suryanti, S.M., M.M. Di sini berbagai kiat agar produk laku di pasaran disampaikan.
“Pertama-tama kita harus memperkirakan pembeli kita seperti apa. Kemudian bagaimana jualan kita bisa menarik pasar. Bagaimana behavior-nya, kebiasaan dan perilaku konsumen, pekerjaannya apa, sukanya apa,” kata Astri.
“Kita harus mengetahui yang potensial untuk dijual pada konsumen tersebut. Kemana barang kita akan dipasarkan. Apakah anak-anak, dewasa, atau remaja. Jika sudah mengetahui hal-hal tersebut, setelah itu menyesuaikan dengan pasar yang telah kita riset tersebut,” imbuh Astri di depan para peserta.
Setelah itu para peserta berbagi mengenai cerita perubahan yang dialami setelah mengikuti rangkaian kegiatan Program Inklusi sejak pertengahan tahun 2024 sampai penghujung tahun 2025 ini.
Salah satu peserta bernama Jarmi yang berjualan wingko sambil jaga kost mengaku secara mental jadi lebih baik dan berani.
“Alhamdulillah Saya jadi tambah percaya diri,” kata Jarmi singkat.
Peserta bernama Dwi juga menyampaikan semakin banyak langganan datang di usaha angkringannya.
“Saya semakin bertambah pengalaman dan ilmu, memiliki jaringan dan relasi, bahkan saya juga melakukan tugas paralegal. Salah satunya menyarankan kenalannya yang sedang mengalami permasalahan hukum untuk memohon bantuan hukum cuma-cuma di LBH MHH PW ‘Aisiyah Jawa Tengah,” kata Dwi.
Setelah itu acara dilanjutkan dengan Kunjungan Pengalaman Lapangan di Dapur Lely Resto, di Karang Malang, Puro, Kecamatan Karangmalang, Sragen. Selain resto owner bernama Dyah Nur Lely Fathonah juga memproduksi Gethuk Presiden yang menjadi oleh-oleh khas dari Kabupaten Sragen.
Dalam sambutannya Lely menyampaikan bahwa pentingnya brand atau merek bagi produk agar lebih dikenal oleh konsumen.
“Sebelum bernama Gethuk Presiden, produknya juga tidak dikenal dan tidak diminati. Namun setelah diberikan brand, dan konsisten memasarkannya, kini usahanya meraih keberhasilan menjadi oleh-oleh khas dari Kabupaten Sragen dan telah memiliki 13 cabang yang tersebar di daerah, Sragen, Blora, Cepu dan Rembang,” ungkap Lely.
Selain itu Lely juga menyampaikan pentingnya berternak dalam keluarga, sepeti ayam dan lele, agar dapat melakukan daur ulang sampah dapur dan hasilnya digunakan untuk pakan ternak, sehingga dapat mewujudkan zero waste, yakni konsep yang bertujuan untuk mengurangi produksi sampah hingga mendekati nol.
Berakhirnya kegiatan pada periode tahun 2025 ini, diharapkan agar peserta bisa menjadi komunitas yang lebih mandiri, berkelanjutan dan dapat menciptakan lapangan kerja khususnya bagi para peserta yang terdiri dari penyintas kekerasan, yang menjadi kepala keluarga perempuan dan juga kaum difabel yang kerap termarjinalkan.
Sebagai tindak lanjut dibentuk kelompok. Pendampingan legalitas usaha, sertifikasi halal, dan asistensi. Selain itu pemberian pinjaman lunak berupa akad qord dan pembentukan koperasi konsumen serta pertemuan rutin kelompok. (Syakira)
